Sabtu, 27 Juli 2013
kritik seni kriya: KRITIK SENI KRIYA
kritik seni kriya: KRITIK SENI KRIYA: Tugas Kritik Seni Kriya “ Cap Kerajaan Aceh Darussalam ( Cap Sikureung) ” Disusun Oleh : Indra Maulana 04 ...
KRITIK SENI KRIYA
Tugas Kritik Seni Kriya
“Cap Kerajaan Aceh Darussalam (Cap Sikureung)”
Disusun Oleh :
Indra Maulana
04 18 2010
Dosen Pembimbing
:
Ahmad Bahrudin S.Sn.,M.Sn
Nofrial
S.Sn.,M.Sn
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT
SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS
SENI RUPA DAN DESAIN
JURUSAN
SENI KRIYA
2013
Kritik Seni dalam dunia Seni Rupa
sangat penting. Malalui Kritik Seni, kita bisa melihat kelebihan dan kekurangan
yang tampak dalam sebuah karya seni. Tahapannya adalah dari hal yang sederhana
hingga hal yang rumit. Sisi sederhana adalah dengan menguraikan apa adanya yang
tampak dalam sebuah karya seni, sedangkan yang rumit adalah pada tahapan
interpretasi. Secara berurutan tahapan dalam kritik seni adalah sebagai
berikut:
1.
Deskripsi
Dalam tahap ini, pekritik
menjelaskan apa adanya yang terlihat dalam karya seni. Tahap ini tidak ada
analisis dan tidak ada kesimpulan bahkan cenderung menghindari perbedaan
pendapat. Tahap deskripsi sejajar dengan observasi. Pada tahap ini kecermatan
pengkritik sangat diperlukan, sehingga apa yang hadir dalam karya seni dapat
diuraikan dengan obyektif.
2.
Analisis Formal
Pada tahap analisis formal,
pekritik bergerak lebih dalam untuk menelusuri sebuah karya seni. Lebih dari
deskripsi, pekritik mencoba memainkan unsur-unsur yang ada dalam karya seni
baik berupa warna, garis, bentuk dan lain-lain. Dalam tahap ini
perbandingan-perbandingan juga perlu dilakukan oleh pekritik.
3.
Interpretasi
Pada tahap ini, pekritik mencoba
dan berusaha mengungkap makna dibalik karya seni. Tahap interpretasi merupakan
tahap paling penting karena peneliti mengeluarkan asumsi dan hipotesis mengenai
karya seni yang diteliti. Semakin luas wawasan pekritik semakin obyektif
interpretasi yang dihasilkan. Yustiono mengatakan bahwa hipotesis umumnya
berpijak pada teori-teori estetika filosofis, misalnya teori seni sebagai
imitasi, teori seni sebagai bentuk, teori seni sebagai ekspresi, teori seni
sebagai simbol, dan lain-lain.
4.
Evaluasi/Penilaian
Karakteristik dari kritik seni
adalah evaluasi. Evaluasi juga disebut sebagai tahap penghakiman atau
penilaian. Tata cara penilaian karya seni berkenaan dengan nilai-nilai atau
kualitas estetik yang sering berkolerasi dengan nilai kebaruan, keaslian, dan
kekhasan ketrampilan dan teknik hingga keunggulan estetik sesuai dengan
teori-teori estetik yang dipakai sebagi pijakan penghakiman. Dalam tahap
evaluasi, pekritik menentukan kualitas suatu karya seni dengan
pembanding-pembanding karya lain yang sejenis.
A.
Deskripsi
Judul
: Stempel Kerajaan
Aceh (Cap Sikureung) kerajaan ..Darusssalam
Media : Batu Alam
Teknik : Ukir/Pahat
Tahun :
1607-1636 M
Koleksi : Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala
Banda Aceh
Stempel Kerajaan Aceh darusssalam yang diberi nama Cap Sembilan (Cap Sikureung) tersebut adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Darussalam Banda Aceh. Stempel Kerajaan Aceh (Cap Sikureung) ini didesain oleh sultan Iskandar Muda selaku pimpinan kerajaan pada waktu itu dan di berikan kepada orang turki untuk di buat atau diukirkan di atas batu untuk dijadikan sebuah lambing dari stempel kerajaan Darussalam. Media yang digunakan dalam pembuatan cab sikureung ini adalah jenis batu alam atau biasa disebut dengan batu pualam. Batu cab sikureung tersebut yaitu berwarna abu-abu hamper sama seperti warna batu pada biasanya.
Batu cab sikureung berbentuk lingkaran yang
diberikan lekukan-lekukan pada lingkaran batu tersebut. Pada bagian datar batu cab sikureung memiliki Sembilan buah
lingkaran delapan lingkiran berada di bagian pinggir batu dan satu lingkaran
berada di bagian tengah batu yang bertuliskan nama para pembesar kerajaan
Darussalam dengan menggunakan tulisan arab jawo.
B.
Analisis Formal
Stempel Kerajaan Aceh Darussalam (Cap Sikureung)
pembuatan bentuk dan penghiasana bentuk
dibuat dengan rapi dan pengambaran objek dilakukan dengan teknk realis. Dengan
bentuk hiasan dan symbol-simbol yang dituangkan kedalam karya tersebut sangat
mengundang penafsiran yang berbau spiritual dan ketahanan serta kekuatan pada
kerajaan. Sembilan lingkaran yang ada di ukirkan pada batu tersebut memiliki
penafsiran bahwa dalam lingkiran tersebut dituliskan nama-nama para petinggi
kerajaan pada waktu itu. Delapan lingkaran yang berada di bagian samping
bertuliskan nama para petinggi kerajaan yang memiliki keahlian masing baik
dalam keahlian ilmu pengetahuan dan juga dalam peperangan. Bentuk yang dibuat
sangat diperhatikan dari segi ketahanan dan dapat menjadi lambang kebesaran
kerajaan Darussalam. Cab Sembilan ini memiliki kesamaan dengan dengan cab
kerajaan riau yang juga melambangkan sebuah kekuatan dari kerajaan dalam
memperkenalkan struktur kepemimpinan kepada masyarakat dan kerajaan-kerajaan
lainnya yang ada di dunia.
C.
Interpretasi
Karya
seni kriya Artefak
yang berjudul Cap Sikureung tersebut adalah satu hasil peninggalan dari
sejarah aceh pada masa pemerintahan kerajaan
Sultan Iskandar Muda pada tahun (1607-1636) yang diberi judul besar yaitu Stempel
Kerajaan Aceh
Darussalam. Yang
merupakan penjiplakan langsung dari stempel kerajaan Islam Mongol Besar Hindustan (India). Pada masa pemerintahan
Sultan Akbar.
Stempel
Kesultanan Kerajaaan Aceh yang diberi nama Cap Sikureung yang merupakan kebanggaan bangsa aceh dari generasi ke
generasi. Disebut Cap Sikureung
karena pada stempel tersebut tertera
sembilan nama Sultan yang pernah memerintah aceh dengan komposisi empat
tempat nama-nama dari dinasti
sebelumnya, empat tempat untuk nama-nama dinasti sendiri yang dipilih menurut keinginannya, dan satu
tempat di tengah untuk sultan yang sedang memerintah.
Stempel
di buat dari generasi ke generasi, setiap pergantian sultan dengan mengikuti
mode yang sama. Stempel juga melambangkan
empat dasar hukum (Al-qur’an, Hadist, Ijmak Ulama dan Qias), dan empat
jenis hukum (Hukum adat, qanun, dan reusam) dalam masyarakat aceh.
Dilihat
dari judul besarnya (Stempel Kerajaan Aceh) dan judul karya ini (Cap
Sikureung), maka saya menafsirkan bahwa melalui karya ini Seorang pemimpin
ingin menjelaskan kisah dari pada para sultan yang pernah memimpin di Kerajaan
Darussalam Aceh. Hal ini terlihat dari visual bentuk dan penjelasan dari karya
cap sikureung tersebut. Di segi lain juga ingin dimuncul nama-nama para
petinggi kerajaan pada saat itu supaya bisa lebih mudah dikenal oleh masyarakat
atau bangsanya pada waktu itu dan juga menjadi sebuah simbol yang dapat
mencirikhaskan atau dapat membedakan dengan kerajaan-kerajaan yang lain yang
ada di nusantara pada khususnya dan dunia pada umumnnya. Pada cap kerajaan
tersebut memiliki sembilan lingkiran bulat yang dituliskan nama-nama didalamnya pada bagian bulatan pinggiran cap
tersebut ditulisnya nama-nama para sultan yang pernah memimpin kerajaan yang
berjumlah empat nama dan bulatan yang empatnya lagi dituliskan nama-nama para
petinggi kerajaan sesuai dengan keinginan dan keahlian dalam kerajaan tersebut
sedangkan pada bigian bulatan tengah dikhususkan nama untuk pemimpin kerajaan
pada waktu itu.
Cap
kerajaan aceh yang bernama cap sikureung langsung dipesan di negeri india
tepatnya di hindustan yang langsung menjiplak dari kerajaan sultan akbar
sebelumnya karna menjadi penanda untuk sebuah kerajaan yang besar karena
sebelumnya juga diketahui bahwa orang-orang didaerah hindustan memiliki
kepadaian dalam mengukir batu untuk dijadikan sebuah karya kebutuhan untuk
kerajaan dan juga kekuatan keindahan pada waktu itu batu yang diukir tersebut
akan manjadi tahan lama dan bisa bertahan dari masa kemasa dan menjadi suatu
simbol sejarah yang tidak mudah terlupakan oleh generasi generasi penerusnya.
Setelah
melakukan deskripsi, analisis formal, interpretasi, sekarang tibalah pada tahap
evaluasi. Penggambaran pada cap kerajaan aceh yaitu Cap Sikureung yang cenderung mencoba menjelaskan, memperkenalkan dan
memngabadikan para sultan yang pernah
memimpin kerajaan dan para petinggi-petinggi kerajaan pada waktu it dengan
mencoba mengukirkan kedalam bentuk batu yang dipesan dari negeri india yaitu
hindustan dengan sangat jelas, yaitu dengan dituliskan dengan tulisan arab jawi
dan disusun dengan sedemikian rupa dan dihiasi dengan motif-motif pinggir pada
bagian cap tersebut. Tulisan yang diukirkan juga tidak terlepas dari kaedah
yang islami sangat kental dan menjadi suatu tulisan dalam berhubungan dan
berkomunikasi antara kerajaan-kerajaan lainnya.
D.
Evaluasi/penilaian
Setelah melakukan deskripsi, analisis
formal, interpretasi, sekarang tibalah pada tahap evaluasi. Bentuk cab sembilan yang cenderung unik
dan sederhana dengan bentuk yang sangat berbeda dengan cab kerajaan-kerajaan lainya yang ada di dunia. Yang
menjadi symbol dari sebuah tanda atau pengenal dari kebesaran kerajaan yang
dapat mejadi perbedaan dengan kerajaan-kerajaan lainnya yang ada di dunia yang
mampu memberikan kekuatan, keahlian dan kebijaksaan bagi petinggi kerajaan
sendiri dan kerajaan-kerajaan lainnya untuk dapat dikenali secara terus
menerus. Batu yang digunakan memberikan kesan kuat dan tahan lama sehingga
dapat menjadi sejarah untuk penerus bagi pemimpin dan masyarakat di masa yang
akan datang.
Daftar Pustaka
Badan Pelestarian
Peninggalan Purbakala Banda Aceh
Langganan:
Postingan (Atom)